Bismillaahirrahmaanirrahiim....
Bau kopi itu menguar. Saya yang sebenarnya bukan Pecinta kopi, perlahan terbuai. Rasanya beruntung sekali karena bisa mengecap rasa arabica kopi asli Wamena Papua ini.
Semua berawal saat saya mengikuti lomba bertajuk Wonderful Papua pada bulan Maret lalu yang diadakan oleh ECONUSA dan Blogger Perempuan Network. Niat saya hanya berpartisipasi dan saat itu menulis Kuala Kencana, Kota Di Tengah Hutan Papua dan Papua Dalam Cerita.
Siapa sangka. Setelah berbulan-bulan berlalu, meski tidak menjadi juara, saya berkesempatan mengikuti Online Gathering Wonderful Papua (Papua Destinasi Hijau) via Zoom pada tanggal 7 Agustus 2020. Dan hanya 30 orang yang terpilih dari sekian banyak peserta. Uniknya lagi, kami Blogger-Blogger tersebar dari berbagai daerah di Indonesia.
Seminggu sebelum acara digelar, kami berkesempatan menyicipi Papua Wamena Arabica. For your information, kopi Papua itu banyak sekali jenisnya. Daerah terbesar penghasil kopi sendiri ada di Nabire dan Wamena. Untuk kopi Wamena ini tumbuh di sepanjang sisi dataran tinggi Jayawijaya yaitu sekitar 1200-1600 Mdpl. Kopi ini ditanam secara tradisional tanpa alat modern. Kopinya organik tanpa pupuk kimia. Meski banyak menghasilkan kopi, tapi Arabica Wamena ini stoknya masih terbatas. Jadi bisa dibilang, kami 30 orang ini sangat beruntung karena sudah bisa mencobanya.
Untuk resep kopi, saya pilih membuatnya sesimpel mungkin. Mau rasain originalnya. Jadi saya hanya memakai kopi, jahe, serai, dan gula merah. Pertama kali minum itu rasanya pahit. Setelahnya terasa manis. Jika kamu ingin mencoba juga, ada beberapa resep ya.
Ngomong-ngomong, saat berlibur, kamu suka tempat yang seperti apa? Yang instagramable? Yang bernuansa alam? Atau tempat yang penuh dengan pengetahuan?
Mengenal Ekowisata Papua, Destinasi Hijau Layaknya Surga
Beberapa waktu ini karena sedang pandemi, saya sering menghabiskan waktu dengan menonton. Beberapa drama atau film yang saya pilih itu biasanya mengeksplor tempat-tempat menarik salah satunya yang ada di drama My Husband in Law. Lalu saya juga terpesona dengan homestay alam di film Low Season. Ketika Bapak Kristian Sauyai yang merupakan Ketua Asosiasi Homestay Papua bercerita tentang Rumah Tinggalnya di Raja Ampat, sepertinya saya harus ke sana.
Bukan rahasia jika tanah Papua itu tanah yang kaya. Kaya alamnya baik laut maupun hutan, kaya budayanya dan kaya akan destinasi ekowisatanya. Bahkan Papua juga punya lebih dari 250 bahasa daerah. Banyak sekali rekomendasi ekowisata terutama di Papua Barat yang sangat potensial dan bisa memberikan kita berbagi pengalaman.
Sebenarnya, apa sih ekowisata itu?
Ekowisata adalah pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konsevasi alam, sosial budaya dan ekonomi masyarakat. Jadi, destinasi ini dikelola dengan tanggung jawab oleh masyarakat itu sendiri dan harus menguntungkan mereka juga. Yang tak kalah penting, Pengunjung yang datang wajib juga menjaga lingkungannya.
Bapak Kristian Sauyai juga bercerita bahwa homestay mereka itu unik dan ramah lingkungan. Laut di sana juga masih bersih dengan karang-karang yang indah. Termasuk panoramanya dari gugusan pulau-pulau lain terlihat memesona. Binatang endemik di sana seperti Cenderawasih atau Kasuari juga ada.
Kaka Alfa Ahoren yang merupakan Pemuda Pegiat Ekowisata Papua bercerita tentang perjalanannya ke Pegunungan Arfak. Di sana dia bisa melihat Bird of Paradise, burung surga atau Cenderawasih. Bagaimana mereka bernyanyi, menari dan sebagainya. Ada juga Burung Pintar atau Bower Bird. Suku Arfak Moley di papua menyebut burung ini dengan sebutan “Mbrecew”. Burung ini pandai menghias sarangnya dengan indah. Setelahnya, mereka akan menarik lawan jenisnya.
Semua orang bisa ke Papua, tapi harus turut menjaganya juga
Dalam film Magalufuk - Hutan Kami Hidup Kami, bercerita bahwa Papua itu kaya akan flora dan fauna. Hutan merupakan rumah dan Orang Papua sangat bergantung pada alam. Hutan itu semacam identitas. Dan jika itu hilang, maka Papua tidak akan unik lagi.
Sekarang ini banyak ancaman kerusakan hutan mulai dari industri, perkebunan sawit dan pertanian juga penambangan ilegal. Banyak yang menyebut Penambangan Ilegal itu sebagai Penambangan Rakyat. Padahal Rakyat juga tidak mendapatkan banyak hal. Banyak hal yang menawarkan uang dengan cepat. Tapi biasanya itu merusak.
Bustar Maitar Founder dan CEO EcoNusa pun menjawab bahwa EcoNusa Foundation merupakan organisasi nirlaba yang bertujuan angkat pengelolaan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan di Indonesia dengan beri penguatan terhadap inisiatif-inisiatif lokal termasuk perlindungan lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam. Meski berperan cukup baik, tapi pemegang tanggung jawab adalah Pemerintah. Jadi Pemerintah harus lebih bijak dengan hal ini.
Papua, tempat yang harus dijaga. Bukan hanya untuk Orang Papua, tapi untuk Indonesia
Tantangan Pengelolaan Ekowisata di Papua
Berlibur ke Papua memang sangat menggoda. Tapi jujur saja, untuk ke sana kita harus menabung terlebih dahulu apalagi untuk orang seperti saya. Biayanya lumayan sekali. Jika ingin lebih hemat, ada baiknya kita pergi berkelompok atau mengikuti paket tur dan join dengan kelompok lain. Jadi ala drama The Package gitu lah. Meski ribet karena bersama banyak orang, tapi kita tidak sendiri di tempat asing.
Selain soal biaya, ada tantangan dalam pengelolaan ekowisata ini antara lain:
- Bahasa Inggris yang kurang. Pengunjung Papua itu bukan hanya dari wisatawan lokal tapi internasional juga. Kendala bahasa ini memang jadi pekerjaan rumah tersendiri. Jika pengelola atau tour guide tidak pandai dengan bahasa asing, wisatawan akan bosan karena tidak banyak berinteraksi
- Banyaknya resort dengan harga yang bersaing. Di daerah wisata pasti ada yang namanya Sanggraloka atau resor dengan nuansa alam. Sayangnya di Papua ini harga yang ditawarkan hampir sama dengan homestay. Untuk masyarakat asli Papua, jelas ini cukup menantang
- Kurangnya fasilitas seperti alat diving juga snorkeling. Alam bawah laut Papua sangat indah. Akan sangat menyenangkan jika kita bisa melihatnya. Tentu saja semua harus menggunakan alat agar keamanan terjaga
Papua begitu indah. Jadi kita harus turut menjaga kelestariannya. Jika ke sana, jangan bawa sampah dan meninggalkannya. Jangan melakukan hal-hal yang bisa membuat satwa endemik terganggu. Jika ke laut, harus hati-hati agar tidak menginjak terumbu karang yang ada.
Pada bulan Agustus ini pariwisata Papua kembali di buka secara perlahan. Jangan lupa untuk mengikuti protokol kesehatan yang ada dan menerapkan tatanan kehidupan yang baru seperti memakai masker, rajin cuci tangan, memakai penyanitasi tangan jika tidak ada air, jaga jarak dan sebagainya.
Jangan lupa catat juga tanggal-tanggal di mana diadakan festival kesenian. Seperti, Papua Barat di Manokwari sendiri ada festival yang rutin diadakan tiap tahun. Lalu beberapa upacara adat, Festival Danau Sentani dan sebagainya. Jadi kita benar-benar bisa larut dalam keindahan Papua.
Terima kasih untuk EcoNusa dan Blogger Perempuan Network yang sudah mengadakan acara ini sebagai kelanjutan dari lomba Wonderful Papua. Untung saya enggak jadi nolak waktu itu, hahaha. Terima kasih juga untuk Bapak Bustar Maitar, Bapak Kristian Sauyai, dan Kaka Alfa Ahoren atas talk sessionnya. Terima kasih juga untuk Kaka Jeni Karay yang sudah memandu acara ini dengan baik. Dan terima kasih untuk semua pendukung acara ini. Kalian hebat!
Sebenarnya sih acara 1,5 jam itu diisi kuis juga. Tapi saya belum menang, hahaha. Begitu juga di lomba IG dan Twitternya. Tak masalah sih wong dapat ikut sharing kaya gini saja sudah senang. Kurang lebih ini cerita Wonderful Papua Gathering Blogger (Papua Destinasi Hijau) yang saya ikuti kemarin. Jika kalian penasaran, bisa cek YouTube EcoNusa ya! Sampai jumpa. Happy blogging!
Sumber Gambar:
IG BPN, Zoom, dan pribadi
https://www.papuaparadise.com
https://www.indonesiakaya.com
https://papuabaratprov.go.id
Kopi dari Papua itu banyak to jenisnya? Apa di sana banyak perkebunan kopi ya? Wah Jiah bareng aku yuk ke Papua, kita komat-kamit bareng biar bisa sampai sana
BalasHapusDi Papua saja ada 25 bahasa. Memang betapa kayanya Indonesia. Untunglah kita terikat di bawah merah putih dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika itu ya Mbak..
BalasHapusYah Papua harus menyiapkan diri menyambut banjir wisatawan setelah pandemi berlalu. Konsep wisata hijaunya semoga membantu melestarikan apapun yang indah yang ada di Papua saat ini
Papua kebanggaan Indonesia!
BalasHapusAlamnya harus lestari dan jadi tanggung jwaab kita semua ya.
Hmm, jadi mupeng minum kopi asli Papua nih
Tulisan ini mengingatkan aku pernah menulis destinasi Papua di lomba blog, tapi ga menang sih heheheh :) Aku punya nih kopi Wamena bentuk beji dan serbuk. Rssanya enak deh. Semoga suatu hari nanti aku bisa berkunjung ke Papua terutama Raja Ampat aamiin.
BalasHapusBinatang endemik di Papua indah-indah ya ... saya tadi baca di postingan Mbak siapa ya ... ada video yang ada burung-burungnya ... wih masya Allah indahnya warna bulunya.
BalasHapusKapan ya saya bisa ke Papua? Salah satu keinginan terbesar saya, nih. Setidaknya bisa minimal sekali aja ke sana ^_^
BalasHapusBapakku pernah hampir setahun kerja di dalam hutan Papua, banyak cerita yang dia bagikan, kayak dia bilang di sana makan ikan aja, tinggal mancing langsung dapet
BalasHapusKopinya enak. Saya sebagai penikmat kopi yg gak bisa menikmati rasa asam arabika merasa cocok dengan kopi Papua Wamena karena asamnya tidak terlalu pekat.
BalasHapusIya, saya tuh pengen banget bisa main ke papua, tapi biayanya memang lumayan banget ya, huhuhu...
BalasHapusSemoga terjaga terus kelestariannya :)
kopinya dari kemasannya Ini bener-bener istimewa banget dan kayaknya ini aku baru lihat pertama kali ada kopi dengan kemasan yang se-indonesia ini dan sebagus ini
BalasHapusBeruntung JIah ikut merasakan kopi Papua dan gathering Wonderful Papua. Aku nganan deh, hahahaa... Yuk Ji, berdoa semoga kita bisa berkunjung ke Papua suatu hari nanti. Nginap di homestay yaa
BalasHapusPastinya Papua nih masih kaya banget dengan kekayaan alam yaaaaa.. sebener benarnya ekowisata nih Papua. Semoga suatu hari bisa traveling plus ekowisata ke papua. aamiin.. Makasi sharingnya maaaak
BalasHapusPapua ini ibarat magnet yang menarik banyak investor untuk berlomba-lomba mengeksploitasinya, terutama kekayaan alam hutannya. Semoga saja pemerintah setempat mengeluarkan kebijakan yang melindungi hutan agar masih bisa bertahan sampai berabad-abad ke depan. Bagus nih konsep ekowisata, mendapatkan devisa sekaligus menjaga kondisi alam tetap bagus.
BalasHapusKereen Jiaah...uda jalan-jalan virtual ke Papua.
BalasHapusMengenal kehidupan dan semua kekayaan alamnya.
Sungguh indah bumi Allah ini.
yess, i love Papua too. i am support wonderful Papua. and i hope i have full saving to visit Papua next time
BalasHapusAku pernah minum kopi Papua pas berkunjung ke salah satu resto Papua gtu :D
BalasHapusMoga2 kelak kita semua bisa menjejak Papua ya mbak. Pasti Papua bisa jd wisata yang maju, namun kyknya infrastruktur dll makin dilengkapi dulu, jd kalau kita ke sana biayanya bisa ditekan hehe
Papua Luarrrr biasa
BalasHapusMasih banyak hijau dan masih sangat asri. Ku pengen banget ke sana dulu papa mamaku dah ke sana jenguk kakak
Papua cantik sekali, jangan sampai berubah jadi perkebunan kelapa sawit :(
BalasHapusSeru banget bisa ikutan acara seperti ini ya mba, andai aku bisa ikut yaa. Papua memang indaaah sekali mba, kota Jayapura apalagi. Saat keindahan alam dan kota yang modern saling melengkapi.
BalasHapusAlangkah baiknya kegiatan positif seperti ini tetep diadakan konsisten, mengingat banyak sekali dampak baiknya...
BalasHapus