Bismillaahirrahmaanirrahiim....
Kamu suka berburu kuliner? Sudah pernah makan Horog-horog belum?
Halo! Makan memang jadi kebutuhan kita manusia. Namun adakalanya kita juga mencoba hal baru termasuk soal kuliner khas dari suatu daerah. Kali ini saya akan mereview film pendek berjudul Pecel Horog-Horog.
Mengambil sudut pandang kegiatan Ibu-Ibu. Bu Cempik yang mendapatkan arisan mentraktir teman-temannya ke warung Pecel Horog-horognya Mas Sholikin. Apa sih Horog-horog itu?
Judul: Pecel Horog-horogProduksi: KOMFIKSI (Komunitas Film) SMK Islam JeparaSutradara: Rizki Eka Saputra, Danang DamartaraSkenario: Nopal GembulPemain:Yovieta Aldino - Bu CempikPutri Azalea - Bu SabarSarah Farandilla - Bu RosoSeli Setiyoasih - Bu KuatAida Anindita - Mbak DewiNikmuach - CemplonNopal Gembul - Mas SholikinStevany Rolen - FiguranRizkya Najma - Figuran
Review Film Pecel Horog-Horog
Seperti kemarin saat saya mereview film Ketiban Pulut, kali ini saya mengulas film Pecel Horog-Horog yang diproduksi oleh KOMFIKSI SMK Islam Jepara. Film ini juga diikutkan pada #filmfiksijepara2020 #filmsenibudaya2020 #festivalfilmjepara2020 dan rilis pada 15 Oktober 2020.
Ceritanya sih tentang Ibu-ibu yang jajan, tepatnya dapat traktiran dari yang mendapatkan arisan. Mereka beli Pecel Horog-horog. Sekilas film ini cukup menggoda apalagi dari judulnya yang menyebut makanan tradisional khas Jepara.
Horog-horog atau Horok-horok adalah makanan ringan yang terbuat dari tepung pohon aren yang populer sejak masa gerakan tiga puluh September (G30S PKI). Horok-horok hanya ada di Jepara, di daerah lain mungkin tidak ada. Horog-horog ini bentuknya kaya butiran styrofoam yang kenyal dan rasanya sedikit asin gurih. Horok-horok bisa dimakan langsung atau dicampur dengan bumbu lain bahkan makanan manis. Wikipedia Horok-Horok
Saya pribadi doyan Horok-horok tapi bukan yang suka banget. Paling sering memang makan dicampur Pecel, Sate Kulit, atau Bakso. Horog-horog bisa jadi pengganti karbohidrat dan cukup tahan lama. Dulu saja waktu naik gunung ada Teman yang bawa Horok-horok buat dimakan di puncak. Lucu banget, hahaha.
Ide Film Pecel Horog-Horog ini sebenarnya menarik. Pemain juga sudah bermain dengan baik. Sayangnya, jalan cerita datar saja, tidak ada puncak masalah. Ada memang masalah yang dibahas seperti Dunia yang semakin panas, enggak banyak pohon, air susah untuk mengairi sawah. Lalu contoh orang baik yang bisa mempersatukan rakyat Indonesia. Ini terlalu berat untuk omongan Ibu-ibu arisan. Yang agak masuk tuh waktu Bu Sabar nyebut kreditan motor Bu Cempik. Ibu-ibu arisan di desa mah ngomongnya seputar Tetangga.
Saya tidak berpikir film Pecel Horog-Horog harus seperti Watashitachi wa Douka Shiteiru yang memperkenalkan Wagashi. Best Chicken yang berbisnis ayam atau makan dan tempat makan berbagai versi dari Dae Jang Geum is Watching. Tidak harus seperti itu. Judulnya Pecel Horog-Horog tapi saya merasa kurang ada highlight soal itu. Ada memang adegan beli Pecel tapi kurang disoroti dengan baik. Ngomongin makanan mah harus diperlihatkan makanannya, entah saat membuatnya atau saat sudah di piring. Menonton kan soal pandangan mata yang membuat kita seolah merasakan apa yang ditampilkan.
Kalau dari saya, mungkin lebih bagus jika tokohnya adalah Traveler, Food Blogger, atau food enthusiast yang main ke Jepara lalu lapar dan akhirnya makan Pecel Horog-horog. Mungkin tidak banyak masalah yang dibahas, tapi bisa mengambil setting warung Pecel Horog-horog yang memang hits atau rasanya enak. Jadi bisa sekalian promosi kuliner. Rekomendasi Pecel Horog-horog di sini lho. Jadi pas adegan penjual pecelnya ngomong makanan khas Jepara akan lebih nyambung.
Jika mau lebih melokal, bisa juga diambil dari sudut pandang Mbok yang Jual Pecel Horog-horog. Karena saya sendiri jarang, mungkin belum pernah menemukan penjual Pecel laki-laki. Mboknya ini bisa dengar pergosipan sambil buatin pecel pesanan pembeli. Perghibahan di desa kan lebih dari sosial media.
Namun itu semua hanya pendapat dan bayangan saya sebagai orang yang lumayan sering nonton film dan drama. Saya hanya bisa jadi komentator karena belum bisa membuatnya. Saya tidak punya maksud apa-apa ya. Sayang kan kalau idenya sudah oke tapi eksekusi kurang maksimal. Termasuk juga soal kerajinan tas dari bahan kain Troso Khas Jepara yang masuk di film ini. Mungkin itu bisa dibuat film lain. Saya kasih video deh waktu saya ke Troso.
Mungkin hanya itu saja yang bisa saya sampaikan dari Film Pecel Horog-Horog. Tetap semangat berkarya buat Seniman Jepara. Jangan lupa buat kalian yang dari daerah lain, jika ke Jepara coba Horok-horok juga ya! Sampai jumpa. Happy blogging!
Jujur aku baru denger lho ka, makanan tradisional jepara kah?
BalasHapusIya tradisional dan hanya ada di Jepara
HapusPilem pendek lagi happening bangettt ya, terutama sejak TILIK jadi viral dan bu Tedjo trending di mana2
BalasHapusApik nih pilem Pecel Horog2nya. sekaligus memperkenalkan kuliner tradisional yg kita cintai
Ini film lomba lokalan sebenarnya. Kalau Tilik sudah beda kelas
HapusAku kayanya pernah denger Horog-horog ini. Tapi emang belum pernah liat apalagi menyantapnya. Lha emang cuma ada di Jepara ya ternyata, hehe.
BalasHapusMasukan-masukan dari Jiah masuk akal banget tuh. Bisa buat next film kali ya. Gak nyangka juga kalau judul filmnya Pecel Horog-horog tapi ternyata kuliner itu hanya sebagai pemanis saja di filmnya.
Kirain td tu mikirnya horok2 pecel dengan banyak sayuran dicampur hehe ternyata bukan. Asli Jepara sekali ya? Hmmm iya sih kek butiran styrofoam mirip. enasaran rasanya.
BalasHapusOwalah sayangnya gak full memperkenalkan kulinernya ya? Ah iya ya andai ada film pendek fokus ke kuliner atau budaya yang diangkat alangkah baiknya :D
Nanti kalo aku ke jepara aku kudu coba horog-horog ini, soalnya aku belum pernah dengar di tempat lain, hahaha
BalasHapusIbuku dulu sering bilang "Horog-horog, ora bathi malah torog".
BalasHapusIni uda jadi unen-unen orang Jawa.
Gak nyangka kalau ada makanan horog-horog.
Hmm.... Jadi judul dan isinya tidak sama, ya? Kayaknya bisa langsung beri saran ke Mas Nopal sendiri, kan kita satu grup. Hihihihi
BalasHapus