Alhamdulillah akhirnya selesai juga. Mari kita bernapas dan mulai melanjutkan aktivitas dan target lainnya, yey! Namun sebelum itu, saya mau cerita soal kesibukan apa yang saya lakukan kemarin.
Jadi akhir Juli dan awal Agustus kemarin, saya sibuk acara masak-masak. Bukan kontes atau ikut ajang MasterChef Indonesia, hanya masak untuk hajatan di rumah. Btw, saya tinggal di desa. Jadi ini versi kampung ya. Acaranya itu 1000 Hari Mbah dan Selapan Keponakan.
Selamatan 1000 Hari
Mbah saya meninggal pada 15 November 2019. Sebenarnya mau cerita detailnya karena saya masih ingat banget. Bukan kilasan seperti di drama About Time, tapi mungkin lain waktu saja kalau sudah siap. Well setelahnya di hari Rabu 20 November 2019, Ayahnya Kakak ipar meninggal. Jadi kebayang dong di bulan dan tahun itu, kami memang betulan kesusahan. Karena hal ini, akhirnya setiap peringatan dibuat bersamaan saja. Seperti 40 hari, 100 hari, setahun, bahkan 1000 harian ini.
Kalau dihitung, untuk ke 1000 Hari Mbah itu masih di tanggal 11 Agustus 2022. Namun, kami memperingatinya dalam versi tanggalan Hijriah dan Jawa. Jadi tidak tepat di harinya, hanya prakiraan dan ambil waktu yang kosong saja. Dulu masuknya Rabiul Awal tanggal 18 1441 H. Dan hajatan kemarin di bulan Dzulhijjah 1444 H.
Selamatan 1000 Hari kemarin dilaksanakan 2 hari kaya Sultan. Gila amat ya? Hahaha. Pertama hari Senin 25 Juli. Ibu saya mengundang Ibu-ibu yang biasa ngaji di musola saat hari Senin. Jadi isinya full Emak-emak. Laki-laki yang datang ya Pak Kyai sama Mbah-Mbah Adik dari Almarhumah Mbah saya.
Ini acaranya tidak lama. Dari jam 2 siang sampai sekitar setengah 4 sore. Di acara tersebut saya tidak ambil gambar karena sibuk bantu bagikan bingkisan makanan kecil untuk dibawa pulang. Alhamdulillah lancar meski Kyai yang ngaji di hari itu sedang berhalangan hadir. Akhirnya dapat Kyai lain di jam 11 siang.
Acara pertama kelar lancar, lanjut di hari Selasa 26 Juli 2022. Setelah tahun-tahun sebelumnya Ibu saya yang jadi tuan rumah hajatan, maka di peringatan 1000 Hari, Mbak saya yang ambil bagian. Hajatnya untuk Mertua dan Mbah saya.
Selamatan 1000 Hari itu masak nasi. Ini hajatan di kampung pada umumnya. Seperti biasanya, kami masak sendiri. Tidak ada Tetangga atau Saudara yang bantu? Enggak. Tak akur sama mereka #Eh. Bercanda ya ini, hehehe.
Tetangga yang juga masih saudara pada sibuk. Mereka ada anak kecil dan ada yang bekerja. Ditangani bertiga alhamdulillah kelar. Tak masalah jika tidak ada bala bantuan, tapi kalau ada yang datang, tentu dipersilakan. Oh iya, kalau lain hari mereka 'nembung' minta bantuan saat ada hajatan di rumahnya, kami tetap datang. Jadi bukan balas dendam enggak mau bantu-bantu juga.
Masak Selamatan 1000 Hari ini lauknya ambil yang mudah, no ribet club-club. Pilihannya Ayam Goreng, sambal, lalapan dan telur rebus. Untuk jajannya, Mbak pilih Karamel, Tahu Bakso, Rengginang, dan pisang. Jajanan itu pesan ya, tidak buat sendiri. Alhamdulillah di siang hari sudah kelar bungkus-bungkusnya.
Sore setengah 5, orang rumah dan saudara-saudara yang laki-laki pergi ziarah ke makam Mbah. Pulang dan makan-makan di rumah. Biasanya memang seperti itu. Jadi selain nyiapin buat hajatan, kami juga masak buat makan mereka. Umumnya menu yang berkuah seperti Soto Ayam, Sayur Sop, dan lainnya.
Selamatan 1000 Hari diadakan Ba'da Magrib. Undangannya itu saudara dan tetangga. Acaranya mulai dari pembukaan, tahlilan, doa, makan camilan, dan pulang. Ini lebih singkat. Jadi sebelum Isya' sudah kelar, alhamdulillah.
Lalu, berapa sih undangan serta budget untuk acara ini?
Bicara budget, ini relatif tergantung jumlah undangan juga. Karena saya tinggal sekampung dengan saudara, jadi jumlah berkat yang dibuat terbilang banyak. Ada lebih dari 100 buah. Undangan 30-an itu tetangga, 50-an saudara dan anggota keluarga. Sisanya untuk 'tonjokan' saudara, tapi yang jauh sekiranya tidak datang di saat hajatan.
Selamatan 1000 Hari, tidak semua bahan dibeli. Seperti Tumbu untuk wadah makanan, itu dari mertuanya Mbak. Sebenarnya sekarang pada suka pakai kardus, tapi kami punya ide seolah kembali ke zaman dulu. Terpilihlah wadah anyaman bambu ini. Untuk lapisan nasi, dikasih daun jati. Gratis pula, hehehe. Kurang vintage apa lagi coba? Hehehe.
Untuk beras, alhamdulillah Mbak dapat bagian gabah yang bisa diselep. Pisang dikasih sama Adik Mbah dan ada yang dari kebun. Bagian minuman, saya yang nyumbang beli. Berapa pun jumlah yang kami keluarkan, semoga jadi berkah.
Selamatan 1000 Hari selesai dan meninggalkan kelelahan serta cucian piring dan wajan segunung. Itulah kenapa saya absen lama untuk update blog. Butuh pemulihan, hehehe. Semoga dengan ini, kubur almarhumah Mbah dan Bapak dari Kakak Ipar jadi terang dan lapang, amin...
Cerita Selamatan 1000 Hari sampai di sini. Selanjutnya mungkin saya akan cerita soal Selapan Keponakan yang diadakan setelah seminggu dari acara kami. Ditunggu ya. Sampai jumpa. Happy blogging!
Semoga selalu mengingat dan mendoakan yang terbaik ya mbak, karena hal-hal seperti ini tidak mungkin kita lupakan begitu saja
BalasHapusJadi inget alm.nenekku yang udah meninggal sejak 2018. Udah 3 tahun lebih. Sekarang yang sudah pergi, Kita bisa kirimkan doa buat mereka. Semoga Allah memberikan tempat terindah di sisi-Nya. Memang iya sih, dulu juga nyiapin banyak jingjingan pas 1000 harinya nenek. Ngundang warga buat ngedoain beliau.
BalasHapusDi tempat saya pun masih ada kok tradisi seribu hari dan sebagainya. Ini tahun baru Hijriyah malah sebentar lagi kan sepuluh Muharram, suka ada perayaan juga. Di rumah saya karena ada anak mengaji biasanya perayaan sederhana aja, masak nasi liwet buat mereka. Lalu setelah selesai ngaji makan bersama beralaskan daun pisang
BalasHapusUdah jarang banget di tempat saya, yang selamatan pakai anyaman bambu untuk berkatnya. Padahal dulu pas kecil inget banget, kalau ikut selamatan itu banyak yang masih pakai anyaman bambu untuk berkatnya.
BalasHapusDan semoga senantiasa kubur almarhumah Mbah dan Bapak dari Kakak Ipar nya, dilapangkan selalu.
Aku jadi ingat pas mengadakan acara 1000 hari bapakku yang sudah meninggal tapi gk sebagus kaka hanya kardus biasa ini bingkisannya bagus ya dari bambu bisa dimanfaatkan kembali buat tempat2 bumbu..semoga Almarhum bisa temang ya ka mendapatkan tempat disisi Allah SWT
BalasHapusBudaya setiap daerah beda-beda yah. Sejauh ini di kampung saya, belum pernah dengar acara selamatan 1000 hari.
BalasHapusDi daerahku sejauh ini aku dengar sampai seratus hari, tapi memang betul tiap daerah punya adat masing2. Unik tempat makanannya, bisa nih nyobain kyak gitu biar beda jga dari biasanya
BalasHapusAllohummaghfirlaha warhamha wa’aafihi wa’fu ‘anha untuk Mbah nya kak Jiah.
BalasHapusWalaupun cucian piring menumpuk, yang penting ada kelegaan selepas acara ya kak. Berkah dan sehat-sehat selalu ya.
BEner mbak, acara 1000 hari orang meninggal ini memang agak riweh ya, meskipun riweh tapi excited banget. Wuaa paling kusuka dari kenduren, syukuran adalah berkatnya ahahaha. Cakep banget pakai besek ^^
BalasHapuswah lucu banget pakai tumbu, seringnya lihat pakai kotakan aja. hihi
BalasHapusSemoga Mbahnya mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan acara 1000 harinya lancar dan penuh berkah
BalasHapussemoga Mbah dan Mertua Kakaknya Jiah mendapat tempat terbaik di sisi Allah, yang ditinggalkan juga InsyaAllah sudah ikhlas ya.
BalasHapuside kotak makannya keren Ji, jadi bisa digunakan kembali doong besekan (ya namanya itu?) di lain waktu :)
Jadi inget acara kirim doa 1000 hari alm bapak dan ibu di kampung yang meninggalnya hampir bersamaan.
BalasHapusRasanya lega setelah melakukan acara kirim doa 1000 hari beliau berdua.
Sudah lama tidak pernah menemukan berekat pakai besek/anyaman bambu. Dulu waktu aku kecil, kalau selamatan pasti berkatnya ini pakai besek.
BalasHapusdi tempat saya juga amsih ada peringatan 1000 hari tapi ada juga yang tidak melakukannya, ini adalah traidisi daerah yang menurutku bagus karena biasanya ada kegiatan ibadah mengaji bersama-sama
BalasHapusKalau di kampung memang mesti diadakan ya. Kemarin ini dari keluarga bapak saya juga ada yang meninggal. Saya pergi tahlilan juga untuk 3 hari, 7, 14, dan 40 hari. Tinggal 100 hari yg belum. Bedanya kalau di sini gak pakai berkat, tapi orang2 itu makan langsung duduk sama2. Kalau di Jakarta, karena keluarga besar ada yg Muhammadiyah dan NU juga, jadi waktu nenek ya kami cuma mengadakan 7 hari aja, untuk ngasih tau warga sekitar aja.
BalasHapus