Hujan-hujan begini paling enak pakai selimut, tapi kalau selimut polusi di mana-mana, apa enaknya?
Halo, apa kabar? Semoga dalam keadaan baik dan sehat ya. Bulan ini hujan mulai datang. Kadang hanya gerimis, lain hari bisa hujan. Cuaca panas, eh tiba-tiba kebanjiran. Memang ada? Ada, banyak. Di kampung tempat tinggal Mbak saya contohnya. Sepertinya ini memang pengaruh dari perubahan iklim.
Bukan hanya di Indonesia, perubahan iklim ini sudah menjadi ancaman bencana lingkungan global. Cuaca ekstrem di mana kemarau itu panas sekali sementara saat hujan bisa sangat lebat. Volume air laut juga bertambah karena es di kutub mencair sehingga mengancam tenggelamnya pesisir dan pulau-pulau kecil. Ada karhutla, gagal panen, badai, dan lain sebagainya. Lalu apa hubungannya dengan transisi energi?
Transisi Energi dan Hal Yang Bisa Kita Lakukan Untuk Mengurangi Selimut Polusi
Pas sekali karena minggu lalu, saya dan #EcoBloggerSquad berkesempatan nimba ilmu dengan Traction Energy Asia @tractionenergy. Tema yang diangkat itu Transisi Energi dan Selimut Polusi. Apa dan mengapa harus melakukan transisi energi ini?
Jadi Transisi Energi itu upaya untuk mengurangi penggunaan energi fosil dengan energi non fosil yang rendah polusi dan emisi gas rumah kaca. Tujuannya besarnya memang untuk mengganti demi keselamatan dan eksistensi kita di bumi. Kenapa jadi buat manusia ya?
Kita tentu tahu bahwa banyaknya kendaraan pribadi berbahan bakar fosil, pembangkit listrik dengan bahan fosil sampai pembabatan hutan buat memproduksi sumber energi ini menghasilkan efek gas rumah kaca yang akhirnya menyelimuti atmosfer bumi. Efek rumah kaca dibutuhkan untuk jaga suhu bumi, supaya perbedaan antara siang dan malam enggak terlalu besar. Namun jika terlalu banyak, jadinya ungkep, panas dan menimbulkan banyak hal seperti yang saya sebut sebelumnya, global warming, climate change. Jadi kehidupan makhluk yang ada di bumi apalagi manusia akan sangat berpengaruh.
Selama ini, ada dua sektor yang paling sering kita gunakan dan mereka memakai energi fosil. Pertama itu transportasi baik darat, laut, dan udara. Kedua kelistrikan di mana kita hampir setiap hari memakainya. Lalu, kita bisa mulai dari mana?
Dari sektor transportasi, kalau kalian masih ingat, saya pernah membahas Biofuel. Bisa tuh dibuat campuran antara biodiesel dan solar atau bahkan pakai kendaraan listrik. Untuk pesawat, bisa pakai Bioavtur. Tahun 2021, Indonesia sudah pernah uji coba terbang pakai itu lho.
Lalu dari sektor kelistrikan, jika selama ini kita menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap dengan bahan bakar batu bara dan minyak bakar, maka sudah ada yang mulai dengan membuat pembangkit listrik dengan tenaga lain. Seperti air, udara, bahkan matahari. Apakah semudah itu melakukan transisi energi?
Tentu saja tidak. Namanya perpindahan, awalnya pasti merasa enggan karena sudah terlanjur nyaman dengan yang ada. Namun itu demi kebaikan kita juga. Tantangan untuk biodiesel misalnya, di mana masih menggunakan CPO dari kelapa sawit sehingga berisiko adanya penebangan hutan jika permintaan meningkat.
Memilih kendaraan listrik pun bukan hal mudah karena listriknya juga masih dari bahan bakar fosil. Sekarang ini masih mahal dan belum sepenuhnya terbebas dari gas rumah kaca. Jadi untuk sektor kendaraan masih banyak PR-nya.
Untuk sektor kelistrikan, memakai energi lain juga tergantung banyak hal. Misalnya Energi Surya yang adanya saat siang hari. Energi angin, tergantung musim dan periode maksimal yang sering tidak cocok dengan periode puncak konsumsi listrik. Pakai energi air, butuh ekosistem sungai yang terjaga kelestariannya. Mana tempatnya harus jauh dari penduduk, SDM ahli energi terbarukan juga minim. Yang paling bikin gemas, industri komponen untuk membuat ini belum ada di Indonesia dan mengandalkan impor yang bisa sangat mahal.
Meski terasa sulit untuk melakukan transisi energi, bukan berarti tidak bisa. Yuk, bisa yuk buat hajar selimut polusi. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan bahkan dimulai dari rumah. Seperti:
- Mengumpulkan limbah rumah tangga buat energi non fosil baik untuk biodiesel atau biogas. Kaya minyak jelantah untuk biofuel. Sementara sampah dan limbah organik bisa jadi biogas
- Hemat listrik ini wajib banget sih. Matikan lampu, kipas, jika sudah tidak digunakan
- Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan memakai kendaraan umum atau jalan kaki dan bersepeda
- Kampanyekan dan ceritakan tentang penggunaan serta pemanfaatan energi terbarukan
Saya tahu, melakukan transisi energi bahkan tidak menggunakannya sama sekali itu bukan hal mudah. Namun kita bisa memulainya secara bertahap, sedikit demi sedikit, dan lama-lama akan terbiasa. Bagaimanapun, kita memang butuh peralihan energi demi menghajar selimut polusi. Ini jika kita tetap mau eksis di bumi.
Bagaimana dengan kalian? Sudahkah mulai melakukan transisi energi? Coba share ceritanya di kolom komentar ya. Sampai jumpa. Happy blogging!
Kalau bicara soal.polusi merinding ya, Ji Sungguh seram, makanya aku sakut sama orang yang giat mencegah polusi
BalasHapusIya, memang dilematis soal transisi energi ini. Ketika diterapkan secara massal, tetap saja ada efek kerusakan di sisi lainnya. Memang tepat banget untuk melakukan hal-hal kecil tapi secara massal. Ketika hal besar belum bisa dilakukan, hal-hal kecil yang dilakukan massal akan menjadi besar dan berdampak besar pula.
BalasHapusBetul mbak memang tak mudah untuk melakukan transisi energi ini, tapi kalau tak pelan-pelan kita lakukan, kapan lagi kita mau memulainya?
BalasHapusUntuk masalah ini memang semua harus kompak. Gak bisa jalan sendiri-sendiri. Kalau semua kompak, langkah-langkah kecil juga akan membuahkan hasil positif
BalasHapusAh iya, bener banget. Melakukan transisi itu tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Kita bisa mulai dari yang disebutkan di atas, setidaknya mengubah kebiasaan di rumah dengan mulai mematikan alat-alat listrik yang tidak dipakai, bahkan mencabut colokannya. PR untuk kita semua yaa ini sebetulnyaa
BalasHapusNah saya pernah tuh bikin percobaan bikin biodiesel dari minyak jelantah. Sebenarnya dari hal sederhana kita bisa mulai melakukan transisi energi ya. Misalnya dengan mengumpulkan minyak jelantah dari setiap rumah. Bisa tuh kalau dikembangkan jadi biodisesel sbg biofuel.
BalasHapusKalau denger keadaan bumi kita dalam kondisi semakin memburuk, sedih bangett ya, Jiiah. Transisi untuk kendaraan memang masih berat diongkos, ya. Yuk pelan2 bisaa yukkk, lebih maksimalkan kendaraan umum dluu. Hihihi
BalasHapusPolusi ini memang udah mengkhawatirkan ya di negara kita. Apalagi di kota-kota besar. Semoga deh, dengan semakin banyak sosialisasi mengenai pentingnya lahan gambut yang bisa menipiskan dan menghilangkan selimut polusi di langit kita, kita semua jadi aware. Dan tak ada lagi yang mengutak-atik lahan gambut untuk dialihfungsikan untuk industri atau perumahan. Supaya polusi bisa hilang di langit kita, ya.
BalasHapuspastinya perlu waktu ya untuk melakukan perpindahan energi ini dan juga memulai kebiasaan yang bisa mengurangi terjadinya polusi di bumi. tapi jika setiap orang melakukan 1 langkah kecil saja bukan tidak mungkin kan ya bisa terjadi perubahan besar nantinya
BalasHapusPolusi di bumi udah kian tebal. Benar, kalau gak ada transisi energi, bakalan makin parah menyebabkan perubahan iklim, dan dampaknya kita yang kena juga.
BalasHapusBaru tahu sih tentang transisi energi yang semoga bisa menyelamatkan bumi ini yaaah. Hal2 kecil seperti hemat energi pun bisa kita lakukan asalkan konsisten untuk menjaga bumi ini tetap lestari yaaah
BalasHapusNgeriiii klo bahas polusiii
BalasHapusDan memang kita semua wajib kontribusi hajar selimut polusi...... supaya planet bumi makin lestari
Melakukan sesuatu dari hal hal positif dan sederhana menurut saya perlu dilakukan. Aku pribadi juga memilih untuk lakukan misalnya hemat energi
BalasHapusMenghemat energi meski sepele tapi dampaknya sangat besar ya dalam menyelamatkan bumi.
BalasHapusYa kita gak tahu apa yang akan terjadi tapi setidaknya kita berbuat sekecil apapun
Bener, ujug2 pindah kendaraan atau bahan bakar listrik masih susah,apalagi kan listrik juga masih gak lepas dari gas/bahan fosil juga, kecuali udah punya tenaga terbarukan yang lebih bisa meunjang yaa. Kyk yang datri air dan matahari itu. Mungkin saat ini ada tapi sepertinya belum cukup utk dimanfaatkan oeh semua rakyat kyknya ya?
BalasHapusAku yang masih belum bisa konsisten tuh mencabut charger atau peralatan yang membutuhkan listrik jika tidak digunakan. Jadi merasa sekali ada banyak energi yang terbuang sia-sia karena kebiasaan ini belum aku dawamkan.
BalasHapusTapi kalau pagi mematikan semua lampu, nah.. ini aku jagonya, hihi.. hobi banget gelap-gelapan di dalam rumah ((kalau siang))
Selimuti polusi ga ada enaknya sama sekali bahkan yang ada hanyalah emosi karena sangat mengganggu lama kelamaan dalam beraktivitas
BalasHapusYup maak kita sejak dulu dibiasakan enak nyaman tapi scr tidak langsung merusak lingkungan. Perlahan tapi pasti ada progres mulai dari diri sendiri dan keluarga yaa untuk keberlangsungan alam
BalasHapusWajib banget ini ya hemat energi. Terutama banget batasi penggunaan bahan bakar dari fosil. Meski mobil listrik mahal. Bisa pakai kendaraan umum kalau jarak jauh. Kalau pas pergi jaraknya dekat bisa pakai sepeda. Lumayan sekalian olahraga. Lumayan bisa bikin badan sehat pula.
BalasHapusNah iya, sebenarnya Kita bisa lakukan hal simple yang berdampak besar buat lingkungan, mulai dari pengelolaan sampah di lingkungan rumah tangga, penggunaan tas belanja untuk menghindari limbah plastik.
BalasHapusberharap banget bisa segera beralih sepenuhnya ke energi baru terbarukan yaa, demi bumi yang lebih baik. Soal kelola sampah dan biodesel pun masih minim yaa pengelolanya, semoga bisa makin bertambah banyak dan bisa makin menarik perhatian dan kontribusi ibu-ibu rumah tangga juga nih
BalasHapusDi awal saat baca judul mengenai selimut polusi. Jujur, udah seram banget dan langsung ngebayangin selimut polusi, pastinya akan membuat kita merasa tidak aman
BalasHapusSebenarnya urusan polusi ini masalah seluruh umat manusia dan harus dikerjakan bareng-bareng ya mak. Agar ga timpang
BalasHapusWAh iyaaa... PR banget ya Ji terkait transisi energi ini. Bahkan untuk mengumpulkan limbah minyak goreng aja masih banyak yang belum menjalankannya padahal sudah tau efek negatifnya ketika dibuang sembarangan.
BalasHapusBeberapa kali baca tulisan mbak Jie yg nyelipin soal aktivitas ECO blogger squad. Jadi pengen gabung. Caranya gmn Mbak Jie?
BalasHapusbetul kak tak mudah unutk melakukan transisi energi. ingat pernah ada broadcast di WA tentang energi listrik langsung rame deh pemirsa banyak yg menolak padahal kan ya minyak batubara dll yg ditambang itu lama2 akan habis dan butuh ribuan tahun lagi untuk terbentuk
BalasHapusYg bisa kita lakukan mulai dari sekarang adalah dg membiasakan untuk memilah sampah, pisahkan sampah organik dan anorganik, sehingga nantinya saat waktunya tiba bisa dimanfaatkan untuk hal positif, mungkin bisa di daur ulang bahkan bisa dijadikan energi terbarukan yakni biogas, seperti yg sudah dilakukan oleh pemerintah daerah kota malang
BalasHapusSalah satu yang sudah aku lakukan stiap hari adalah naik kendaraan umum.yaitu kereta lebih praktis dan pastinya gk afa macet2 trus aku juga pisah2kan sampah plastik di rumah min bisa menjaga lingkungan skitar rmh dlu
BalasHapusLimbah rumah tangga untuk biodiesel dikumpulkan kemana ya mbak? Kalau jelantah memang ada pihak yang menerima tapi saya juga ga tahu diapain
BalasHapusjujur aku tuh di rumah kalau udah malam suka matiin semua lampu, tapi dinyalain mulu sama kakakku. haduh wqwqwq
BalasHapusMelakukan transisi energi dengan sukses emang harus dari rumah sendiri kita sebagai IRT turut berpartisipasi dalam menjaga lingkungan dan dibutuhkan kesadaran semua pihak agar mau bersama sama melakukannya
BalasHapusKita bisa melakukan hal kecil dari rumah buat menjaga kelestarian lingkungan dari membuang dan memilah sampah, mengurangi penggunaan plastik, dapur ulang. Hal besar dimulai dari langkah kecil tentunya
BalasHapusPR besar bagi kita untuk disiplin diri ya, Kak. Khususnya dalam hal berhubungan dengan kerumahtanggaan seperti makanan, listrik dan lain sebagainya. Moga semakin banyak yang tahu tentang tulisan ini.
BalasHapusKalo semakin banyak orang yang peduli dengan transisi energi, pastinya bisa semakin cepat untuk mengusir selimut polusi yaaa
BalasHapusSelimut polusi jadi masalah yg besar buat kita yaa, memang semestinya masyarakat mesti aware thd lingkungannya agar kedepan kelestarian lingkungan tetap terjaga..
BalasHapusSaya sudah melakukan 1-3 nya mba Jiah, tapi belum membantu mengkampanyekan soal mengurangi polusi ini, mau ikutan untuk menulis soal kampanye mengurangi selimut polusi melalui blig saya kalau begitu
BalasHapusPilusi sangking sudah tidak terkendali dan banyaknya sampai bagai selimut bumi ya, jadi harus ada gerakan ramai-ramai kampanye kurangi polusi nih
BalasHapusKalau aku selalu mengingatkan ke anak buat hemat listrik, lampu enggak dipakai dimatikan plus kipas angin juga.
BalasHapusSaya sekarang sudah mulain mengurangi, ya meminimalisir penggunaan motor. Seperti belanja sayur atau ke warung pilih jalan kaki, ya minimal mulai dari hal yang kecil ya mbak
BalasHapusPolusi nih kalo di Jakarta dulu yg berasa banget. Kadang muka pun jadi kelihatan kotornya pas pulang. Untungnya di kampung ini banyak pepohonan, kebun, dan hutan. Ya terasa lah sejuknya, walau di daerah pantai
BalasHapussejak beberapa waktu lalu, saya sering berjalan kaki. ke pasar selalu jalan kaki, selain hemat, sehatnya juga dapat
BalasHapussaya baru melaksanakan hemat listrik saja sih, terus sama mematikan air jika tidak dipergunakan. Jadi pas mau dipakai saja dibuka. Ini salah dua yang saya lakukan. kadang saya juga lebih suka jalan kaki dibandingkan naik kendaraan, sekalian olahraga dan mengurangi efek polusi udara dari kendaraan juga
BalasHapusbenar nih, awalnya emang pasti kita gak terbiasa, mungkin merasa ribet, tapi kalau sudah terbiasa mah pasti akan dilalui juga.
BalasHapusdemi keberlangsungan Bumi kita.
saya paling bawel kalau anak-anak main air, nyalain keran terus ditinggal.
Paksu juga biasa tuh nyalain kipas di kamar terus keluar kamar, deeehhh apa coba maksudnya, kipasin nyamuk-nyamuk kali
aku ngumpulin minyak jelantah, udah aku kasih ke pengepul, sekarang lagi ngumpulin lagi di dapur
BalasHapus