Pernah dengar yang namanya Desa Nusantara? Di mana itu? Mungkinkah ada komunitas lokal juga di sana?
Jika kalian berpikir bahwa saya mau membahas Ibu Kota Nusantara atau IKN, yang adalah ibu kota Indonesia di masa depan yang akan diresmikan pada Agustus 2024 nanti, tentu saja kurang tepat. Nama mungkin mirip, tapi kali ini kita ngobrol soal Desa Nusantara bersama Walhi dan #EcoBloggerSquad. Penasaran kan? Yuk kita lanjut!
Dulu saat pertama kali tahu istilah transmigrasi di pelajaran IPS Sekolah Dasar, saya pikir ini akan seru dan menyenangkan dalam artian enak. Transmigrasi merupakan program yang dibuat pemerintah untuk memindahkan penduduk dari daerah yang padat penduduk ke daerah lain di dalam wilayah Indonesia. Kebanyakan orang Jawa seperti Nganjuk, Madiun, Kediri yang akhirnya pergi keluar pulau seperti Sumatra, Kalimantan, dan lainnya. Nah, Desa Nusantara sendiri adalah desa dari program transmigrasi tahun 1981 yang berada di kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan.
Untuk skema transmigrasi tersebut, ada alokasi tanah untuk tiap keluarga yaitu Lahan 1 seluas 2 hektare dan Lahan 2 seluas 1/4 Hekatare. Selain itu, masing-masing desa disediakan lahan cadangan yang harapannya bisa untuk warga desa yang akan bertambah seiring waktu. Langsung terpikir kalau mereka mendadak jadi Sultan? Oh saya pun begitu, awalnya.
Namun, transmigrasi itu adalah pionir. Jadi meski dapat tanah, tapi semua-muanya itu betulan baru. Kaya kita waktu main game simulasi peternakan dan pertanian. Awalnya tentu lahan kosong kan, bukan langsung kota yang bisa ditinggali dengan segala fasilitas dan kemudahannya. Begitu juga Desa Nusantara. PT Nusantara yang mendapat tender pembukaan lahan ini hanya menyediakan rumah panggung dan drum tadah hujan.
Di sana pun saat itu jalurnya masih rawa gambut yang ditumbuhi belukar serta kalau mau ke desa harus dengan susur sungai dengan perahu motor selama 3 jam dari Palembang. Belum ada jalan, listrik, apalagi fasilitas kesehatan. Betulan memulai hidup baru dan mengolah lahan dengan alat sederhana seperti arit dan parang.
Mungkin kepalang nanggung, mereka mau tidak mau harus bertahan. Awalnya lahan diolah dengan menanam singkong, sukun, jagung. Baru juga mulai, eh disatroni Monyet, Gajah dan teman-temannya. Belum kelar masalah, tambah wabah Kolera muncul dan memakan banyak korban karena belum ada fasilitas kesehatan. Setelah dapat bantuan dari Jakarta, baru deh penyakit itu hilang apalagi sudah ada penyuluhan tentang hidup bersih dan tersedianya Puskesdes.
Kembali mengolah lahan dengan menanam padi, tapi kemudian gagal panen karena hama dan tikus. Belum lagi Gajah dan kawanannya. Meski berulang kali gagal sampai dapat bantuan Pemerintah untuk kebutuhan pangan, Transmigran akhirnya menemukan cara untuk membabat dan jadilah sawah untuk kehidupan mereka. Sudah berjuang dari nol, eh ternyata 10 tahun kemudian malah diklaim sebagai bagian dari perusahaan sawit.
Forum Petani Nusantara Bersatu, Jadikan Nusantara Menuju Desa Ekologis
Jadi di tahun 2005 PT. Selatan Agro Makmur Lestari (SAML) dapat izin prinsip dari Bupati OKI, NO: 460/1998/BPN/26-27/2005, buat menggarap lahan seluas 42 ribu hektare, yang terletak di 18 desa di Kecamatan Air Sugihan. Masalahnya, Desa Nusantara termasuk di dalamnya. Jelas penolakan terjadi soalnya mereka melakukan penyekatan hingga lahan tidak bisa dialiri air. Dari awal saya menyebut bahwa lahan yang dijadikan tempat transmigrasi itu jenisnya gambut. Kalau kering, rawan terbakar dong.
Karena masalah yang enggak kelar-kelar ini, akhirnya muncul Forum Petani Nusantara Bersatu yang merupakan wadah penyalur aspirasi rakyat sebagai respon terhadap perusahaan sawit. Tujuan tak lain agar pemerintah membatalkan izin SAML. Penolakan, aksi demonstrasi terus dilakukan sampai ada petani yang dipenjara. Tak putus asa, FPNB terus merapatkan barisan sehingga tekanan berkurang. Kini, WALHI juga mendampingi mereka untuk menjadikan Nusantara menuju Desa Ekologis. FYI, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) merupakan organisasi gerakan lingkungan hidup independen, non-profit terbesar di Indonesia.
Jika kalian lupa, saya pernah membahas Masyarakat Adat dan perannya untuk lingkungan dan Bumi. Komunitas Lokal pun sebenarnya juga punya peran yang sama. Mereka mengelola, memanfaatkan apa yang ada di hutan dan lahan secukupnya, tanpa merusaknya. Ini sejalan konsep WALHI yaitu Sistem Hutan Kerakyatan (SHK). Prinsip ini mengutamakan peran Masyarakat Adat & Komunitas Lokal (MAKL) dalam memastikan pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Dari SHK, di tahun 2014 WALHI mengembangkan konsep tersebut menjadi Wilayah Kelola Rakyat (WKR). Dari yang awalnya hanya mencakup kawasan hutan, kini juga mencakup pulau-pulau kecil dan kawasan pesisir. Konsep dan model ini memastikan kalau MAKL berdaulat dalam penguasaan, pengelolaan, produksi, dan konsumsi hasil pengelolaan sumber daya alam di wilayah masing-masing. Sampai sekarang, sudah ratusan desa yang tersebar di 28 Provinsi yang didampingi oleh WALHI.
Dalam pendampingannya, WALHI, KPA & AMAN mengembangkan program pendanaan yang disebut dengan DANA NUSANTARA. Bantuan ini difokuskan pada Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal yang punya akses terbatas terhadap sumber daya dan pendanaan, serta memiliki potensi melakukan pengelolaan sumber daya alam baik secara mandiri dan berkelanjutan. Forum Petani Nusantara Bersatu di Desa Nusantara pun memanfaatkan hal tersebut.
Dari DANA NUSANTARA ini beberapa hal dilakukan seperti Pemetaan Partisipatif. Kegiatan ini melahirkan kesadaran bahwa lahan pangan bisa dikelola secara berkelanjutan jika ekosistem yang mendukung bisa dijaga keseimbangannya. Sustainable Land Use Planning (SLUP) banget kan. Ini memang sesuai konsep Desa Ekologi yang merupakan sebuah sistem kelola wilayah pedesaan terpadu dan melibatkan seluruh pihak baik dalam proses tata kuasa, kelola, produksi, dan konsumsi.
Oh iya, di Desa Nusantara itu banyak banget yang bisa dikembangkan dan tumbuh sangat baik. Seperti Padi, Kopi Liberika, Nanas, Nangka, Cabe Rawit dan lainnya. Mau memancing ikan di samping rumah pun bisa dilakukan. Kebayang enggak sih kalau hal ini akan hilang jika Kebun Sawit makin meluas?
Kami ingin mengelola buka jadi buruh. Merdeka atas tanah. Selain juga memenuhi kebutuhan kami, kami juga menyediakan pangan bagi orang lain
Masih banyak hal yang harus dilakukan oleh Forum Petani Nusantara Bersatu untuk menjadikan Nusantara menuju Desa Ekologis. Pendampingan WALHI ingin memastikan dengan pengelolaan perencanaan sampai penerapan teknologi tepat guna. Harapannya, Dana Nusantara ini bisa berkontribusi dan jadi perlindungan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, yang mau mengambil hak mereka. Tentu saja peningkatan ekonomi dan kesejahteraan juga. Dan yang tak kalah penting, Komunitas Lokal dan Masyarakat Adat ini bisa jadi bagian solusi permasalahan lingkungan hidup yang ada di Indonesia.
Kalian sendiri bangaimana? Sudah ikut berkontribusi apa untuk bumi?
Sangat mendukung desa nusantaradan pejuang komunitas lokal ini untuk memajukan desa menuju desa ekologis, karena saat ini Indonesia butuh banget desa yang bisa menopang tak hanya ekonomi sebagai negara agraris namun juga melindungi bumi dari kerusakan karena berkurangnya lahan-lahan hijau di indonesia.
BalasHapusDesa nusantara ini perlu dilestarikan atau dijaga ya, karena merupakan warisan bangsa dan juga sebagai pelestari alam
BalasHapusDana Desa yang didampingi oleh WALHI ini udah menyasar ke 28 Provinsi ya? Keren nih, semoga dalam waktu dekat semua provinsi bisa tercover Dana Desa juga ya. HMm jadi penasaran, Sulawesi Tenggara udah masuk belum ya?
BalasHapustujuannya baik sekali. Kita2 ini tnapa sadar lupa kalau ada komunitas lokal dan Masyarakat Adat yang bisa mengelola & memanfaatkan apa yang ada dari alam secukupnya saja sehingga tidak merusak. Perlu kerjasama dgn mrk agar lingkungan tetap terjaga
BalasHapusAku kira tadi ibu kota yg dimaksud ya yg itu tuh 😁. Masih ingat tulisan tentang masyarakat adat. Semoga semakin terjaga lingkungannya ya dengan adanya Forum Petani Nusantara tersebut. Hmm aku jadi tertampar bolak balik, apa ya kontribusiku
BalasHapusSalut dan sukses untuk pendampingan WALHI agar pengelolaan perencanaan sampai penerapan Dana Nusantara bisa sesuai peruntukkannya.
BalasHapusAku baru tahu istilah ini tapi kalo pake kata Nusantara. Artinya ini kurun waktu 5_10 tahun ini ya. Tapi kalo istilah transmigrasi sejak jaman suharto dulu. Emang butuh banget ada yang mengawasi supaya tujuan dibuatnya bisa tercapai dengan baik
BalasHapusWah pendampingan WALHI melalui danus ini emang sangat bermanfaat ya buat Desa Nusantara. Btw, pakdeku dari Kediri juga transmigrasi ke OKI lho mba, katanya deket Desa Nusantara itu. Yah sekarang nderes karet. Banyak sakitnya emang di sana.
BalasHapusSaya juga gak setuju kalau semuanya dipenuhi dengan perkebunan sawit. Semoga Desa Nusantara tetap bertahan. Hak mereka tidak dirampas.
BalasHapusWah, setelah 10 tahun, kebun dan sawah tahu2nya diklaim sebagai lahan sawit, bahaya ini. Bagusnya, para petani bresatu dan masyarakat juga saling dukung sehingga perjuangan komunitas lokal terutama masyarakat adat berbuah manis. Desa Nusantara harus dilestarikan demi kelangsungan hidup alami dan sejahtera.
BalasHapusGagasan desa Nusantara aja udah keren sekali apalagi ini bisa realisasi ya mbak, sungguh-sungguh keren. Jadi nggak sabar banget nunggu launching semoga beneran tercipta lingkungan yang lestari
BalasHapusSemoga Desa Nusantara kian tumbuh dan berkembang. Saling menjaga untuk melestarikan SDA, juga pengelolaan sumber pangan kian baik. Semoga WALHI bisa mendampinginya terus.
BalasHapusApa ya kontribusiku yang uda kulakuin,mungkin memanfaatkan hasil tanaman dapur dirumah walaupun jahe,tomat uda masuk ya? Hebat keren programnya,smiga berjalan lancar dan berlangsung seterusnya :(
BalasHapusmasyaallah perjuangannya luar biasa ya demi mewujudkan desa nusantara yang memang manfatnya terhadap lingkungan sangat baik
BalasHapusDesa Nusantara masih memiliki perjuangan yang panjang.
BalasHapusTapi dengan mengenalnya kini, semoga kita sama-sama bisa saling memberikan kekuatan meski saat ini baru sebatas tulisan dan konten sosial media.
Semangat selalu masyarakat Desa Nusantara dan WALHI.
Perjuangan para transmigran yang membuka lahan dari nol tuh berat banget yaa.. semoga komunitas lokal terus mendapat pendampingan dari WALHI dan mempertahankan bahkan meningkatkan kesejahteraan Desa Nusantara.
BalasHapuswah banyak banget ya cerita Desa Nusantara ini dari perjuangan awal para penduduknya sampai harus berjuang mempertahankan lahannya. alhamdulillah ya sekarang Desa nusantara sudah mendapat dukungan dari Walhi
BalasHapusSangat suport untuk untuk desa nusantara agar terus dilestarikan dan bisa menjadi percontohan desa lain agar sama suksesnya
BalasHapusSemoga desa nusantara bisa berkembang menjadi desa ekologis ya mbak
BalasHapusSehingga bisa membantu kelestarian lingkungan
Semoga masyarakat adat dilindungi pemerintah harapan saya sih begitu mengingat perannya yang besar menjaga lingkungan. (Gusti yeni)
BalasHapusMeraka layak untuk mengolah tanahnya sendiri, bukan hanya sekedar menjadi buruh di tanah airnya sendiri.
BalasHapusSemoga perjuangan masyarakay mempertahankannya bisa memberikan hasil baik ya, Semoga desa ini bisa berkembang terus
BalasHapusSalut dengan mereka yang berjuang menjaga keutuhan lingkungan hidup seperti ini. Di tengah gempuran pembangunan dan teknologi yang canggih, mereka lebih tetap konsisten memilih alam. Gak semua orang bisa. Semoga semakin banyak yang begini ya.
BalasHapusini bagus dan harusnya dijadikan percontohan banyak petani dan kelompok petani di Indonesia. bagian dari pertanian yang berkelanjutan
BalasHapusAku enggak bisa membayangkan kalau kebun sawit meluas, padahal kita juga butuh makanan yang lainnya. Semoga perjuangan masyarakat membuahkan hasil sesuai harapannya ya...
BalasHapus