Kalian pernah dengar berita tentang Kartini Kendeng yang menyemen kakinya di depan Istana Merdeka? Sebenarnya, apa yang mereka lakukan? Lalu bagaimana mereka sekarang?
Halo, apa kabar? Bulan baru dan ketemu long weekend. Bagaimana rasanya? Seru? Sebagai seorang freelance, libur, tanggal merah itu bukan sesuatu hal yang istimewa. Lha bukan tanggal merah saja tetap bisa bepergian, hehehe. Nah, buat kalian yang memang belum ada rencana ke mana-mana, hayuk coba nonton film dokumenter Indonesia tentang perjuangan lingkungan berjudul Our Mothers’ Land, Tanah Ibu Kami.
Saya menonton ini sebagai bagian dari Challenge Team Up for Impact Everyday Kategori Sampah, tema Bangga Film Lokal yang mungkin bisa menginspirasi kita untuk menyelamatkan Bumi. Penasaran bagaimana cerita di dalamnya? Yang ngaku #EcoBloggerSquad, wajib nonton!
Judul: Our Mothers’ LandSutradara: Leo PlunkettPemeran: Febriana Firdaus, Sukinah, Aleta Baun, Eva Bande, Farwiza FarhanRilis: 2 November 2020Genre: DokumenterProduksi: The Gecko Project dan MongabayDurasi: 55.44 Menit
Our Mothers’ Land Film Review
Ibu Bumi telah memberi. Ibu bumi terluka. Ibu Bumi akan mencari keadilan
Film Our Mothers’ Land bercerita mengikuti seorang jurnalis independen bernama Febriana Firdaus yang berkeliling Indonesia untuk menemui 4 perempuan yang berjuang untuk isu lingkungan hidup. Apa yang mereka lakukan menyebabkan banyak hal mulai dari kekurangan harta, mendapat cacian, kekerasan, penjara, bahkan ada yang meregang nyawa. Aksi mereka tidak bisa dilakukan sekali dan selesai. Mereka tentang berjuang sampai kini meski banyak hal yang harus mereka hadapi.
Cerita dimulai dari Desa Tegaldowo, Rembang, Pegunungan Kendeng. Ada Sukinah yang bercerita tentang perjuangannya menolak adanya Pabrik Semen. Sebenarnya, Sukinah dan lainnya hanya Ibu Rumah Tangga biasa. Mendengar Pemuda-pemuda berbicara soal adanya pabrik semen baru di wilayah mereka, study banding ke Tuban pun dilakukan. Dari sana, mereka tidak percaya bahwa itu akan mensejahterakan masyarakat, tapi justru membawa kerusakan pada budaya serta alam mereka.
Pada 2014, perlawanan dilakukan Ibu-ibu saat pabrik mulai dibangun. Mereka bertahan beberapa bulan sampai kemudian dibubarkan paksa. Lalu di tahun 2016, aksi protes mereka meningkat dengan mengecor kaki di depan Istana Merdeka. Lalu, apakah itu akan berhasil untuk menghentikan pabrik semen?
Sebenarnya, Presiden sempat membekukan pabrik lalu disusul dengan keputusan bahwa izinnya ilegal. Sayangnya, proyek masih terus berjalan. Yang bikin tambah sedih, salah satu Kartini Kendeng, Yu Patmi meninggal dunia dalam perjuangannya.
Saminisme percaya bahwa tanah, air dan hutan adalah milik bersama dan digunakan untuk kepentingan bersama. Mereka menolak ide Pemerintah memaksakan kekuasaan atas alam mereka
Cerita berlanjut ke Nusa Tenggara Timur bersama Aleta Baun yang memimpin masyarakat Mollo dari eksploitasi perusahaan tambang di wilayah mereka. Mereka mulai menduduki batu dan menenun di sana sebagai aksi protes dan penolakan. Perjuangan mereka sudah lebih lama sekitar tahun 1990-2000. Mereka pun harus meninggalkan rumah, pertanian, rugi sampai tidak punya apa-apa. Tentu tidak sedikit kekerasan yang mereka alami dan menyebabkan kesakitan baik fisik maupun mental.
Masyarakat Mollo menjual apa yang mereka hasilkan. Mereka tidak bisa menjual sungai, tanah, gunung. Mereka tetap menganut apa yang mereka yakini, tapi mereka juga tak bisa menghindari orang lain menganut filosofi lain. Salah satunya dengan rela menghancurkan alam demi kepentingan finasial mereka.
Menuju Desa Piondo, Banggai, Sulawesi Tengah, Febriana Firdaus bertemu dengan Eva Bande, aktivis lingkungan yang dianggap mengganggu kepentingan bisnis sampai dia dan beberapa petani lainnya di penjara. Eva menggerakkan petani untuk sama-sama menolak munculnya perkebunan sawit di wilayah mereka. Selepas dari jeruji besi, Eva dan lainnya melakukan gerakan mempertahankan tanah dengan menduduki area, berkebun sebagai benteng pertahanan petani atas ekspansi sawit dan Hutan Tanaman Industri.
Dan perjalanan terakhir, Febriana menuju Aceh menemui Farwiza Farhan yang jadi salah satu tokoh yang melawan pengerusakan hutan di Taman Nasional Leuser. Perlwanan di sini memang tidak sampai melakukan hal ekstrem seperti menanam kaki, atau menenun. Pada kenyatannya, Farwiza melakukan gerakan perlawanannya di berbagai rapat dan diskusi.
Alam penuh dengan pengetahuan yang unik dan mujarab yang harus kita pelajari
Menonton Our Mothers’ Land membuat saya melihat banyak gambaran tentang perjuangan lingkungan terutama dari sisi perempuan. Pada dasarnya, mereka hanya mempertahankan alam, apa yang mereka punya. Jika gunung dikeruk, hutan ditebang sekarang ini, dalam waktu singkat mungkin kita akan punya banyak uang, tapi dampak lain adalah, kita akan mengalami krisis air.
Apa yang terjadi baik di Rembang, Gunung Mutis, Desa Piondo dan Taman Nasional Leuser merupakan tempat penyimpanan air. Saat itu semua rusak, bukan hanya masalah krisis air, tapi akan timbul masalah lain yang menyertai. Lalu, apa kita harus diam saja hanya untuk kenikmatan uang yang kita dapat sementara?
Pada akhirnya, perjuangan melindungi lingkungan adalah sesuatu hal yang mungkin tidak akan pernah habis, tidak akan pernah selesai
Ini benar. Kita tidak bisa melakukan aksi hanya sekali dan mereka akan selesai. Sampai saat ini, mereka masih berjuang untuk mempertahankan apa yang mereka punya yang sayangnya, dari pihak lain (Pengeksploitasi Alam) justru mendapat dukungan atau bahkan dilindungi oleh orang yang lebih berkuasa. Lalu, jika kita bukan Sukinah, Aleta Baun, Eva Bande, atau Farwiza Farhan, apa yang bisa kita lakukan untuk menjaga Bumi?
Seperti yang dibilang Farwiza Farhan, kita bisa memperjuangkan lingkungan dengan apa yang kita punya. Misalnya seorang Blogger, Penulis, kita bisa menceritakan dan membagikan lagi dan lagi perjuangan Aktivis Lingkungan. Bagaimanapun, orang-orang juga harus tahu gerakan mereka untuk melindungi Bumi.
Hal lain, kita bisa melakukan hal-hal kecil secara konsisten. Salah satunya dengan mengikuti challenge #BersamaBergerakBerdaya demi mencegah dampak perubahan iklim menjadi semakin buruk. Bagaimana caranya? Yuk buat video aksi kecil kita untuk #BersamaBergerakBerdaya. Ada hadiah menarik lho untuk ini! Jangan lupa follow dan add collab feature @TeamUpForImpact serta cantumkan hashtag #TantanganEBS di video kita.
Oh iya, kalau mau Nonton Film Our Mothers’ Land, silakan cek di channel YouTube The Gecko Project. Selain ini, masih banyak film-film bagus karya sineas lokal yang bertema lingkungan hidup yang bisa dilihat yang mungkin bisa menginspirasi kita untuk tetap menjaga bumi. Oh iya, jangan lupa untuk mengunduh bukan streaming videonya karena ini juga bisa jadi aksi kita untuk tetap menghemat energi.
Sekian dulu Review Film Our Mothers’ Land dari saya. Ada yang sudah nonton? Atau malah milih film lokal lain yang bertema lingkungan hidup? Coba share di kolom komentar ya. Sampai jumpa. Happy Blogging!
Sumber Gambar:
YouTube The Gecko Project, Twitter @HannahAlrashid, merdeka.com
Kalau baca perjuangan mereka2 ini, antara salut dan sedih juga ya. Salut karena mereka terus berjuang menyuarakan apa yang menjadi keresahan mereka mengenai lingkungan. Walau untuk itu mereka harus melewati hambatan yang bahkan datang dari masyarakat yang mereka bela. Nanti aku cari deh di youtube dan mau nonton juga
BalasHapusUntuk menjaga bumi ini agar tetap hijau dan sesuai peruntukannya, mau tak mau pemikiran memang harus disatukan. Ketika satu pihak hanya memikirkan keuntungan, wajar saja akan timbul perlawanan seperti yang dilakuka empat orang ibu dalam film Our Mothers Land ini. Iya karena perjuangan seperti ini tidak bisa hanya sekali jagi, harus terus disuarakan dan dilakukan, sesuai kemampuan penduduk bumi secara individu. Apa yang bisa kita lakukan agar bumi tetap bisa menunjang kehidupan dengan baik, kita lakukan. Bloger misalnya, menuliskan pikirannya tentang isu lingukungan atau melaporkan isu itu dalam blognya secara konsisten
BalasHapusAku belum nonton. Tema yang sangat menarik pastinya karena berkaitan dengan lingkungan. Thanks mbak udah info untuk tempat nontonnya di channel YouTube The Gecko Project. Semoga film-film bertema lingkungan seperti ini bisa menggerakan banyak orang untuk terus berjuang tanpa henti hingga bumi membaik.
BalasHapuslangsung meluncuuur ke youtube The Gecko Project. Mau nonton ini pas banget kemarin hari lingkungan hidup. Film-film dokumenter seperti ini yang perlu diviralkan supaya masyarakat makin teredukasi. Yang membuatku terharu, mereka ini para perempuan, para ibu sepertiku namun tekad luar biasa.
BalasHapusSaya dulu ngikutin nih kisah perjuangan ibu-ibu Kendeng yang menyemen kaki di depan istana, termasuk tragedi salah satu ibu akhirnya meninggal. Baru tahu kalau dibuat film dokumenternya. Jadi penasaran buat nonton. Thanks buat infonya, Kak :)
BalasHapusAku belum nonton film 'Our Mother's Land' mbak. Kisah perjuangan para perempuan hebat ini sungguh inspiratif. Sebagai ibu2 rumah tangga mereka berani maju dan bergerak demi kelestarian alam dan lingkungan agar tak rusak dengan kehadiran pabrik semen maupun sejenisnya. Boleh juga nih ikutan challenge-nya.
BalasHapussuka banget sama film tentang genre linkungan ini karena banyak hal positif yang bisa kita jadikan pelajaran tentang menjaga dan mempertahankan lingkungan
BalasHapusSalut dengan perjuangan 4 ibu tersebut. Tetapi, tentunya jangan biarkan mereka berjuang sendiri. Apalagi ini tentang lingkungan hidup. Udah saatnya kita semakin peduli dengan lingkungan.
BalasHapusMasya Allah pict nya perempuan perempuan tangguh punya prinsip dan kuat. Saya pasti banyak berkaca kaca dan jadi moodboster kalau nonton ini 😍😍
BalasHapusAku belum nonton film ini Mba, tapi di indihome paket nontonya juga banyak channel film lawas lokal atau yang khas dokumenter serupa ini. Kadang sering juga spend time nonton
BalasHapusWah bagus filmnya
BalasHapusMembawa pesan untuk selalu melestarikan alam ya mbak
Oke ntar meluncur ke YouTube ah
ini keren banget sih film dokumenter mother land, visualnya pun dibuat begitu indah menangkap emosi dan pesan yang hendak disampaikan
BalasHapusAku baru tau tentang cerita ini, padahal ini bagus banget ceritanya tentang perjuangan seorang wanita. Aku pun baru tau juga tentang kisah seorang ibu menyemen kakinya di depan Istana Merdeka.
BalasHapusWah ternyata kisah ttg perjuangan wanita ya. Baca ceritanya keknya aku cocok deh nonton ini. Krn dokumenter ttg perjuangan itu bs jadi semangat hidup n semangat berubah buat aku
BalasHapusPart ini makjleb banget, Mak! "Pada akhirnya, perjuangan melindungi lingkungan adalah sesuatu hal yang mungkin tidak akan pernah habis, tidak akan pernah selesai." Seolah menggambarkan perjuangan mereka dalam mempertahankan alam dan yang mereka punya. Menarik dan jadi pengin nonton langsung. Makasih ya Mak rekomendasinya ~
BalasHapusKalau tema perempuan bagus juga nih untuk ditonton karena perjuangan itu bisa saja membawa hikmah
BalasHapusFilm Our Mothers’ Land salah satu dari yg tujuannya menyelamatkan bumi .. dan memang permasalahan gak akan pernah selesai , kalau kita semua gak punya kesadaran utk kedepan ...sedih ya dimulai dari diri sendiri aja dulu intinya
BalasHapusini semacam film dokumenter ya mbak, saya belum menontonnya. Inspiratif banget yaa, sepakat dengan perjuangan ibu-ibu tersebut, tanah ini harus ada yang merawat, kalau terus terusan di eksploitasi nanti anak cucu dapat apa?
BalasHapusSalut kepada mereka yang terus berjuang. Belum nonton juga filmnya, di youtube ada ya ini?
BalasHapusMiris yaa ketika berbagai proyek diloloskan oleh pemerintah dengan dalih peningkatan ekonomi. Faktor kelestarian alamnya malah serasa dinihilkan seperti itu. Benar-benar bikin bumi dan penduduk sekitar menangis.
BalasHapusTemanya sangat menarik, beda dengan lainnya. Akan jadi wishlist yang akan ditonton. Perjuangan yang ada di dalam film bisa menjadi inspirasi sekaligus motivasi
BalasHapusKeren ya saya paling suka sekali kalau menonton sesuatu yang berbau perempuan-perempuan. Mereka itu akan selalu hebat saat diberi kesempatan bahkan bisa melebihi dalam beberapa hal. Sehingga waktu saya mmebuat thesis saya pun membahas tentang perempuan karena sangat menarik
BalasHapusSaya sudah nonton. Salah satu film yang bisa memberikan awareness akan menjaga lingkungan, apalagi difokuskan pada pejuang perempuan.
BalasHapusFilm dokumenter lainnya tentang lingkungan yang bisa ditonton Semes7a, Sengal, dan film-filmnya Dandhy Laksono.
Ya Allah, nyesek ya pasti nonton perjuangan Kartini masa kini ini, mereka berusaha menjaga kelestarian lingkungan tapi dihadang penguasa yang tak peduli masa depan kita. Aku mau nonton juga terima kasih ulasannya..
BalasHapusWah menarik nih film film seperti ini. Cari akh filmnya
BalasHapusSuka banget Mak sama film tentang pemberdayaan perempuan begini. Banyak di antara masyarakat yang belum aware tentang pentingnya memberdayakan wanita karena mereka salah satu faktor kesuksesan ekonomi keluarga.
BalasHapusLangsung meluncur ke channel The Gecko Project. Film lokal yang harusnya banyak ditonton sih ini biar semakin banyak yang sadar mengenai sampah yang ada di Indonesia dan lingkungan terdekat
BalasHapusSaya pernahnya nonton film dokumentasi lain tentang Kendeng juga, habis ini mau nonton yang ini deh. Memang media film jadi salah satu alat yang bisa menarik awareness masyarakat banyak, ya. Dengan audio visual yang ditampilkan, pesannya diharapkan lebih mengena.
BalasHapusBerita begini masifnya, tapi eksekusinya juga masi zonk sih, mennurutku.
BalasHapusTapi kita semua gak berhenti di satu perjuangan. Semoga dalam bentuk apapun, kita bisa turut berkontribusi jaga lingkungan di ranahnya masing-masing.
Film yang sangat inspiratif
BalasHapusBisa jadi penyemangat bagi aktivis lingkungan sekaligus menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk cinga lingkungan