6c2y5xLulMkOYYgEXrgPjC5Lx3Je6RzEo1m3mFkw

Hilang di Keramaian

Kamu pernah kehilangan sesuatu? Atau justru kamu sendiri yang hilang?

    Halo, apa kabar? Semoga dalam keadaan yang baik untuk kita semua. Walaupun tengah mengalami kehilangan, semoga nanti akan diganti dengan yang jauh lebih baik. Namun bagaimana kalau justru kita sendiri yang hilang? Kok bisa?

hilang-di-keramaian

    Hilang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tidak ada lagi, lenyap, tidak kelihatan, tidak ditemukan. Kenapa tiba-tiba banget ngomongin hal ini? Mana contohnya diri sendiri pula. Dalam hidup ini, kehilangan sesuatu memang sudah biasa. Kadang, bahkan saya sendiri memilih hilang dari kehidupan orang lain demi kesehatan jiwa.

    Nah, hari ini 18 Oktober 2024 sebenarnya saya sedang mengikuti outing class keponakan, sebut saja namanya E-el. Tahun ini dia mulai masuk PAUD dan berkegiatan di luar sekolah pertama kalinya. Perginya itu ke Tiara Park Waterboom di desa Purwogondo kecamatan Kalinyamatan kabupaten Jepara. Berhubung naiknya angkot ramai-ramai dan Ibunya suka mabuk perjalanan, akhirnya sayalah yang menawarkan diri untuk menjaganya. 

    Saat menulis ini, saya belum tahu berapa jumlah siswa yang ikut. Kemungkinan semua anak, baik baru maupun lama. Di sana pun karena hitungannya weekend, tak menutup kemungkinan akan ramai pengunjung juga. Jadilah beberapa hari sebelumnya, saya ngobrol soal kasus hilang di keramaian ini pada keponakan.

hal-yang-dilakukan-saat-hilang-di-keramaian

    Sebenarnya sejak masuk usia 3 tahun dan kini 4 tahun, E-el sudah lumayan sering pergi bersama saya saja, atau kadang bertiga dengan Kakak perempuannya. Semacam kencan dengan anak-anak perempuan gitu. Pergi ke pantai, taman, perpustakaan, belanja, dan lainnya. Jadi ketemu orang asing atau banyak orang itu sudah biasa. Anaknya juga ramah, enggak takut kenalan dengan orang baru. Malu sedikit, masih sangat wajar.

    Untuk ke kolam renang, ini pertama kalinya. Dan berhubung sebelumnya saya baca cuitan tentang anak hilang di mall atau keramaian, jadi mulailah saya ngobrol soal 'HILANG' ini sama E-el. Dalam kasus ini, yang hilang adalah saya, bukan si anak.

Hilang dan Hal Apa yang Harus Dilakukan


    Awalnya saya tanya jawab soal dirinya. Nama lengkap, Nama Ayah dan Ibu, bahkan alamat rumah. Jauh dari sebelum masuk sekolah, saya sudah sounding hal ini. E-el sudah bisa menjawab dengan benar, namanya, anggota keluarga, dan pastinya nama saya, Mbak Aunty-nya.


    Lalu saya mulai mengandaikan bagaimana jika dalam keramaian tersebut, saya yang hilang. Saya bilang yang harus dilakukan, E-el mencari bantuan orang besar 'Dewasa' atau bisa juga Pak Polisi. Nangis sedikit tak masalah, tapi jangan panik. Saya bilang agar dia menyebutkan namanya, nama orang tua, alamat, dan pergi dengan siapa, atau siapa yang dicari. Katakan bahwa yang bersamanya hilang. Jadi bukan si anak yang hilang, tapi Aunty-nya ini. Saya bilang seperti itu agar dia tidak takut jika amit-amit hal ini benar-benar terjadi. Lalu apa hasilnya.

    Dia paham, tapi kemudian menangis bahkan ngambek enggak mau pergi ke kolam renang karena khawatir saya hilang. Asli pas dengar ini, saya mau ketawa, tapi dia betulan imut karena mengkhawatirkan saya. Ketika lagi-lagi saya menyinggung soal 'Hilang' ini, dia masih menangis, hahaha. Perasaannya betulan valid.

    Sambil memeluknya, saya bilang bahwa kemungkinan hilang, terpisah saat di keramaian bisa saja terjadi. Makanya, saya minta dia untuk menjaga saya, dalam artian dia tidak akan bermain jauh dari pandangan saya. E-el bahkan minta saya untuk ikut main di dalam kolam.

    Saya enggak tahu Ibu-ibu lain mengajarkan apa sama anaknya saat berada di keramaian. Namun saya sendiri berusaha mengajarkan keponakan, E-el untuk tetap sopan, ikuti aturan yang ada. Jika pergi ke kolam renang, harus yang kolam untuk anak, yang dangkal. Jangan ke tempat orang dewasa. Tidak boleh juga mengambil mainan atau makanan orang lain. Jika mau pinjam, harus izin. Dan yang terpenting, si anak tahu nama-nama dirinya, juga keluarganya. Saya tidak bisa mengontrol anak lain, tapi sebisa mungkin memberi bekal pada anak yang saya bawa, dalam hal ini adalah E-el.


    Saya tahu, ilmu parenting saya masih secuil. Praktik pun paling banyak sama E-el. Namun saya sangat bersyukur melihat E-el sekarang. Walaupun belum punya anak sendiri, bersamanya saya banyak belajar, termasuk soal validasi perasaan. Obrolan soal HILANG ini, mungkin lain waktu akan saya bahas kembali. Saya penasaran apakah reaksinya akan tetap sama atau berbeda. Soalnya semalam masih nangis anaknya kalau disinggung soal saya yang hilang, ckckck. Untuk cerita outing class pertamanya E-el, lain waktu ya kalau sempat. 

    Kalian sendiri bagaimana? Punya pengalaman soal obrolan hilang di keramaian? Bagaimana mengatasinya? Coba berbagi di kolom komentar ya. Sampai jumpa. Happy blogging!
Related Posts
Terbaru Lebih lama

Related Posts

Posting Komentar